Bismillahirrohmanirrohim

Bismillahirrohmanirrohim

Jumat, 13 Februari 2015

Kemenangan Nafsu dan Permusuhan Setan





     Bagi orang yang berakal, seharusnya mengendalikan kecenderungan hawa nafsunya dengan menahan lapar. Karena lapar merupakan pengendalian terhadap musuh Allah, sementara hal-hal yang menyuburkan setan adalah memperturutkan hawa nafsu, makan dan minum.
     Nabi Muhammad saw bersabda: "Sesungguhnya setan berada dalam diri anak Adam berjalan bersama peredaran darah, maka persempitlah perjalanannya dengan cara lapar."
Sesungguhnya manusia yang lebih dekat kepada Allah swt. Kelak dihari kiamat adalah orang yang lebih lama menahan lapar dan haus. Dan dosa yang paling besar yang akan merusak dan menghancurkan anak Adam adalah keinginan nafsu perut. Sebab keinginan nafsu perut, Adam dan Hawa di usir dari perkampungan yang abadi, yaitu surga pada perkampungan yang hina dan miskin, yaitu dunia. Ketika Tuhan melarang mereka untuk memakan buah syajarah, keduanya terkalahkan oleh keinginan nafsu perutnya dan tetap memakan buah itu. Akhirnya aurat keduanya menjadi tampak. Pada hakekatnya, perut merupakan sumber dari segala keinginan nafsu.
     Orang ahli hikmah berkata:"Barangsiapa yang dikuasai hawa nafsunya, maka dia menjadi tertawan oleh kecintaan terhadap keinginan-keinginannya dan terkungkung dalam kesalahan-kesalahannya. Dan hawa nafsu itu akan menghalangi hatinya untuk dapat menerima faedah."
Barangsiapa yang menyirami anggota-anggota tubuhnya dengan memperturutkan kesenangan-kesenangan nafsu, berarti dia menanam pohon penyesalan di dalam hatinya.

     Allah menciptakan makhluk dalam tiga kategori. Dia menciptakan malaikat dan menyusun di dalam diri mereka akal, tanpa dibekali dengan nafsu. Dia menciptakan binatang dan menyusun didalamnya keinginan (nafsu), tanpa dibekali dengan akal. Sementara manusia makhluk yang lebih baik, dia dibekali akal juga dilengkapi dengan keinginan nafsu. Barangsiapa yang akalnya dapat mengalahkan keinginan hawa nafsunya, maka dia akan mencapai tataran yang lebih baik dari malaikat.

     Ibrahim Al-Khawwash berkata: "Suatu ketika aku berada di gunung Lukam, saat aku melihat buah delima, aku menjadi menginginkannya, maka aku mengambil satu buah delima dan membelahnya, namun rasanya masam, dan aku lalu meninggalkannya." Selanjutnya aku melihat seorang laki-laki terlempar yang dikerumuni oleh lebah-lebah. Aku mengucapkan salam kepadanya. "Assalamu'alaika." Dia menjawab: "Wa'alaikassalam, ya Ibrahim." Aku berkata: "Aku perhatikan Anda mempunyai urusan dengan Allah, hendaklah Anda memohon kepada-Nya agar Ia menyelamatkan Anda dari sengatan lebah-lebah ini." Laki-laki itu berkata: "Aku melihat Anda mempunyai kedudukan di sisi Allah, maka hendaklah kiranya Anda meminta kepada-Nya agar Ia menyelamatkan Anda dari keinginan terhadap buah delima. Karena delima seseorang menjadi sakit di dunia. Sementara sengatan lebah hanya terletak dan mengenai tubuh, sedangkan sengatan hawa nafsu, mengenai hati." Kemudian aku pergi meninggalkannya.

     Karena keinginan nafsu, seorang raja menjadi di perbudak olehnya, sementara karena kesabaran membuat seorang hamba menjadi raja. Tidakkah Anda tahu tentang kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha? Nabi Yusuf, benar-benar menjadi raja di Mesir berkat kesabarannya, sementara Zulaikha menjadi orang yang hina dina, miskin dan buta karena terseret oleh keinginan hawa nafsunya. Dia tidak memiliki kesabaran dalam menghadapi cintanya kepada Nabi Yusuf as.

     Abu Hasan Ar-Razi bercerita, bahwa bermimpi melihat ayahnya setelah dua tahun dari kematiannya. Dalam mimpi ia melihat ayahnya memakai baju aspal. Lalu dia bertanya: "Wahai ayah, mengapa aku melihat Anda sebagai ahli neraka." Sang ayah menjawab: "Wahai anakku, waspadalah Anda dari tipu daya nafsu."
Sebagaimana terungkap dalam syair berikut ini:

اني ابتليت بأربع ما سلطوا * إلا لشدة شقوتي وعنائ
إبليس والدنيا ونفسي والهوى * كيف الخلاص وكلهم اعدائ
وأرى الهوى تدعو اليه خواطري * فى ظلمة الشهوات والآراء

"Aku di uji dengan empat hal yang kesemuanya membebaniku begitu berat dan mencelakakan aku."
"Yaitu Iblis, dunia, jiwa dan hawa nafsuku. Bagaimana bisa keluar daripadanya, karena semuanya adalah musuhku."
"Aku melihat hawa nafsu selalu mengajak dan membisikkan kecenderungannya didalam kegelapan syahwat dan pendapat."

     Hatim Al-Asham berkata: "Nafsuku begitu ulet dan tangguh, ilmuku adalah pedangku, dosaku adalah kerugianku, setan adalah musuhku dan aku adalah orang yang mengkhianati diri sendiri."
     Seorang ahli ma'rifat menceritakan bahwa Hatim menyatakan sesungguhnya jihad itu ada tiga macam, yaitu:
1. Jihad dalam menghadapi orang-orang kafir. Ini merupakan jihad lahiriah, sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah swt:
"Mereka berjihad di jalan Allah." (QS. Al-Maidah: 54).
2. Jihad terhadap orang-orang batil, dengan jalan memberikan pengertian dan menyertainya dengan argumentasi (hujjah). Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah swt: "Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS. An-Nahl:125).
3. Jihad melawan nafsu yang selalu memerintahkan untuk melakukan kejahatan. Allah swt berfirman: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-Ankabut: 69).
     Nabi Muhammad saw bersabda: "Jihad yang paling utama ialah jihad memerangi hawa nafsu."

Para sahabat ridhwanullahi 'alaihim, ketika pulang dari jihad melawan orang-orang kafir, mereka berkata: "Kita telah kembali dari perang kecil menuju pada perang yang lebih besar." Mereka menyatakan bahwa jihad menghadapi hawa nafsu dan setan sebagai jihad yang besar. Karena jihad melawan orang-orang dalam medan pertempuran, hanya terjadi waktu-waktu  tertentu saja, dan musuh yang dihadapi juga terlihat dan dapat diketahui dengan jelas. Tetapi berperang melawan setan dan hawa nafsu, berarti mereka berperang melawan musuh yang tak dapat dilihat dan medannya pun tidak terbatas. Dengan demikian berperang melawan musuh yang dapat dilihat dengan jelas tentu lebih mudah daripada menghadapi musuh yang tidak dapat dilihat.
     Disamping itu setan memiliki pembantu di dalam diri Anda, yaitu hawa nafsu, sedangkan orang kafir yang Anda hadapi tidak memiliki pembantu dalam diri Anda. Oleh sebab itu berperang melawan hawa nafsu merupakan perang yang spektakuler.
     Ketika Anda dapat membunuh dan mengalahkan orang kafir, berarti Anda meraih kemenangan dan mendapatkan harta rampasan perang. Dan jika orang kafir itu dapat membunuh Anda, maka Anda mati syahid dan mendapatkan balasan surga. Tetapi Anda tidak dapat membunuh setan yang selalu melakukan perlawanan terhadap Anda, dan apabila ternyata setan dapat membunuh dan mengalahkan Anda, maka Anda menjadi terjatuh dalam siksaan Tuhan.

     Sebagaimana disebutkan: "Barangsiapa yang kudanya terlepas dari tangannya dan lari meninggalkannya dalam medan pertempuran, maka kuda itu akan jatuh pada tangan orang-orang kafir yang menjadi musuh Anda, tetapi ketika imannya yang terlepas dan lari meninggalkannya, maka ia menjadi terjatuh ke dalam murka Tuhan Yang Maha Perkasa. Na'udzu billahi minhu.

     Ketika seseorang terjatuh dalam kekuasaan orang-orang kafir, maka tangannya tidak terbelenggu pada lehernya, kakinya tidak diikat, perutnya tidak sampai lapar dan tidak pula telanjang tubuhnya. Tetapi apabila seseorang terjatuh dalam murka Tuhan, maka wajahnya menjadi hitam pekat, tangannya terbelenggu dengan rantai pada lehernya, kakinya diikat dengan tali-tali neraka, makanan dan minumannya api dan pakaiannya pun juga dari api."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar