Bismillahirrohmanirrohim

Bismillahirrohmanirrohim

Kamis, 26 Februari 2015

KELALAIAN





     Kelalaian atau kelengahan akan menambah penyesalan, kelalaian akan menghilangkan kenikmatan dan menghalangi penghambaan kepada Allah. Kelengahan akan menambah kedengkian, keaiban dan kekecewaan.

     Diceritakan bahwa ada sebagian orang-orang saleh, bermimpi melihat gurunya. Dalam mimpi itu ia bertanya kepada sang guru: "Penyesalan manakah yang terbesar menurut Anda?" Sang guru menjawab: "Penyesalan akibat kelengahan."

     Ada pula riwayat yang menyebutkan bahwa sebagian mereka bermimpi melihat Dzun Nun Al-Mishri, lalu ia berkata kepadanya: "Apakah yang diperbuat Allah pada Anda?" Dzun Nun menjawab: "Dia telah menundukkan aku di hadapan-Nya, lalu berfirman kepadaku: "Hai orang yang berpura-pura, orang yang bohong, Anda mengaku cinta kepada-Ku, tetapi kemudian Anda lengah dari Aku. Sebagaimana disebutkan dalam syair:

أنت فى غفلة وقلبك سا هى * ذهب العمروالذنوب كما هى

"Anda terlelap dalam kelalaian dan hati Anda alpa, usia Anda terus berlalu sementara dosa-dosa tetap mengundang."

     Diceritakan bahwa ada seseorang laki-laki yang saleh bermimpi melihat ayahnya. Dia bertanya kepada ayah: "Wahai ayahku, bagaimana kondisi Anda?" Sang ayah menjawab: "Ketika hidup di dunia saya dalam keadaan lengah dan mati pun saya dalam kondisi lengah."

     Disebutkan di dalam kitab Zahrur Riyadh, bahwa Nabi Ya'kub bersaudara dengan malaikat maut, suatu ketika malaikat maut datang pada Nabi Ya'kub, lalu ia bertanya kepadanya: "Wahai malaikat maut, Anda datang hanya mengunjungi aku ataukah untuk mencabut nyawaku?" "Aku datang hanya berkunjung pada Anda", jawabnya. Nabi Ya'kub berkata: "Aku harap Anda sudi memenuhi hajat dan permohonanku." "Hajat apakah itu", tanya malaikat maut. Nabi Ya'kub berkata: "Apabila ajalku telah dekat dan Anda akan mencabut nyawaku, hendaklah kiranya Anda memberitahukan kepadaku." Malaikat maut menjawab: "Ya, akan aku kirimkan pada Anda dua atau tiga utusan."
     Ketika ajal Nabi Ya'kub telah tiba, datanglah malaikat maut kepadanya, dan Nabi Ya'kub bertanya kepadanya sebagaimana biasanya: "Wahai malaikat maut, Anda datang berkunjung ataukah untuk mencabut nyawaku?" "Aku datang untuk mencabut nyawa Anda" Jawab malaikat maut. Lalu Nabi Ya'kub bertanya, seolah menagih janji: "Bukankah Anda telah berjanji kepadaku bahwa sebelum Anda mencabut nyawaku, terlebih dahulu Anda akan mengirim utusan kepadaku?"  "Aku telah melakukan hal itu dan menepati janjiku", Jawab malaikat maut. "Putihnya rambut Anda, yang sebelumnya hitam; lemahnya tubuh Anda setelah kuat sebelumnya, adalah merupakan utusan kepada anak Adam sebelum kematiannya, hai Ya'kub", Sambungnya.

مضى الدهر والأيام والذنب حاصل * وجاء رسول الموت والقلب غافل.
نعيمك فى الدنيا غرور وحسرة * وعيشك فى الدنيا محال وباطل.

"Masa terus berlalu, hari-hari pun terus melaju sementara dosa tetap terjadi; telah datang utusan kematian, sementara hati terlelap dalam kealpaan. Kenikmatan Anda di dunia merupakan tipuan dan penyesalan; kehidupan Anda di dunia penuh dengan kesemuan dan kebatilan."

     Abu Ali Ad-Daqaq berkata: "Suatu ketika  aku datang mengunjungi salah seorang saleh yang sedang sakit. Dia termasuk salah seorang masyayikh besar. Saat itu, ia dikelilingi oleh murid-muridnya dan menangis. Dia seorang syekh yang telah lanjut usia. Dalam kondisinya yang kritis itu aku bertanya: "Wahai tuan, mengapa Anda menangis? Apakah ada urusan mengenai persoalan dunia?" Dia menjawab: "Bukan itu penyebabnya, tetapi karena shalatku yang terbengkalai." Aku kembali bertanya: "Bagaimana hal itu bisa terjadi, padahal Anda adalah orang yang rajin menjalankan shalat?" Dia menjawab: "Tidakkah Anda melihat kondisiku saat ini, aku terbaring tidak dalam keadaan bersujud, aku tak dapat mengangkat kepala dan kesadaranku tak terkonsentrasi mengingat Tuhanku, aku tengah dalam kelalaian. Sementara saat ini adalah detik-detik kekritisanku yang akan mengantarkan aku pada kematian dalam keadaan lengah. Selanjutnya ia mendesah dan bersyair:

"Aku merenungkan kondisiku, saat dihalau di hari kiamat; saat dibaringkannya pipiku di alam kubur seorang diri, yang sebelumnya mulia dan berderajat tinggi; dosa-dosaku tergadaikan, sedangkan aku berbantal tanah liat. Aku merenungkan tentang panjang dan luasnya hisab; tentang tentang kehinaan kedudukanku, saat menerima kitab catatan amalku, Tetapi harapanku kepada-Mu ya Tuhan yang menciptakanku; Hendaklah kiranya Engkau mengampuni dosa-dosaku, ya Ilahi."

     Di dalam kitab Uyunul Akhbar disebutkan bahwa Syaqiq Al-Bulkhi berkata: "Manusia mengucapkan tiga hal, tetapi mereka benar-benar mengingkari apa yang diucapkannya itu dalam perbuatannya." Mereka berkata: "Kami adalah hamba-hamba Allah." Tetapi perbuatan mereka seperti perbuatan orang-orang yang merdeka. Yang demikian ini, adalah pengingkaran atas ucapannya. Mereka berkata: "Allah yang menanggung semua rizki kami." Tetapi hati mereka tidak tenang dan tidak merasa puas kecuali dengan dunia dan mengumpulkan harta kekayaan. Ini adalah sebuah pengingkaran atas ucapannya. Yang terakhir, mereka mengatakan: "Kematian adalah sebuah kepastian." Tetapi perbuatan mereka seolah-olah tidak akan mati. Ini juga sebuah pengingkaran atas ucapan mereka.

     Maka renungkanlah wahai saudaraku, dengan tubuh yang mana Anda akan menghadap ke hadirat Allah swt.? Dengan lidah yang mana Anda akan mempertanggungjawabkan di hadapan-Nya? Apa yang akan Anda katakan, ketika Dia bertanya mengenai sesuatu dari yang terkecil sampai yang terbesar? Maka persiapkanlah jawaban yang benar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Takutlah kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, yang baik maupun yang buruk. Kemudian berilah nasehat kepada orang-orang mukmin agar tidak meninggalkan perintah-Nya dan hendaklah mereka mengesakan-Nya baik dalam kesunyian maupun keramaian, dalam keadaan suka maupun duka.

     Nabi Muhammad saw. Bersabda: "Tertulis pada tiang Arasy 'Sesungguhnya Aku berkenan untuk mengindahkan orang yang taat kepada-Ku; Aku mencintai orang yang mencintai Aku; Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku dan Aku mengampuni orang yang memohon ampun kepada-Ku."

     Oleh sebab itu, menjadi sebuah keharusan bagi orang yang berakal untuk taat kepada Allah dengan rasa takut dan tulus ikhlas. Ridha dengan qadha'-Nya, sabar atas cobaan-Nya, bersyukur atas segala nikmat-Nya dan menerima dengan penuh kerelaan akan pemberian-Nya.

     Dalam sebuah hadis Qudsy, Allah swt, Allah swt. Berfirman: "Barangsiapa yang tidak ridha dengan qadha'-Ku, tidak sabar atas cobaan-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak puas dengan pemberian-Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku."

     Seorang laki-laki berkata kepada Hasan Bashri: "Sesungguhnya aku tidak merasakan kenikmatan dalam kebaktian kepada Allah." Hasan Bashri berkata kepadanya: "Mungkin Anda melihat wajah orang yang tidak takut kepada Allah. Sesungguhnya pengabdian adalah membuang jauh semua hal dan memfokuskan orientasi pengabdian hanya kepada Allah swt. semata."
     Di samping itu, ada seorang laki-laki berkata kepada Abu Yazid: "Sesungguhnya aku tidak menemukan kelezatan dalam ketaatan kepada Allah." Abu Yazid menjawab: "Anda melakukan ketaatan karena ketaatan itu, bukan semata-mata mengabdi kepada Allah swt. Mengabdilah kepada Allah dengan sepenuhnya dan tulus ikhlas, hingga Anda menemukan kenikmatan dalam kebaktian dan pengabdian kepada-Nya."

     Ada seorang laki-laki melakukan shalat, ketika membaca surat Al-fatihah dan sampai pada ayat: Iyyaaka na'budu (hanya Engkaulah yang kami sembah), terlintas dalam hatinya bahwa ia sedang mengabdi kepada Allah swt. dengan sebenarnya. Namun di dalam batinnya terdengar panggilan: "Anda bohong, sesungguhnya Anda mengabdi kepada makhluk." Kemudian ia bertobat dan menjauhkan diri dari manusia. Lalu ia melakukan shalat lagi, sesampainya ia membaca surat Al-fatihah ayat: Iyyaaka na'budu (hanya Engkaulah yang kami sembah), terdengar lagi suatu panggilan dalam batinnya: "Anda bohong, Anda mengabdi kepada harta Anda." Maka semua harta kekayaannya di sedekahkan. Kemudian ia shalat lagi, dan ketika membaca ayat: Iyyaaka na'budu (hanya Engkaulah yang kami sembah), terdengar lagi suara panggilan dalam batinnya: "Anda bohong, sesungguhnya Anda melakukan ibadah karena pakaian Anda." Maka ia menyedekahkan pakaiannya kecuali pakaian yang dia pakai. Lalu ia melakukan shalat lagi, dan ketika ia sedang membaca ayat: Iyyaaka na'budu (hanya Engkaulah yang kami sembah), batinnya mendengar sebuah panggilan lagi: "Sekarang, barulah Anda benar, sesungguhnya Anda tengah melakukan pengabdian kepada Allah swt., Tuhan Anda."

     Di dalam kitab Raunaqul Majalis terdapat sebuah kisah, bahwa ada seorang laki-laki yang kehilangan beberapa tempat barang (zawaliq), dia tidak mengetahui siapa yang telah mengambilnya. Ketika dia sedang melakukan shalat, barulah ia teringat orang yang mengambilnya. Selesai shalat dia langsung berkata kepada budak pelayannya: "Pergilah kepada si Fulan bin Fulan, mintalah kembali zawaliq itu darinya." Si pelayanan berkata: "Kapan Anda mengingatnya, tuan?" "Tadi ketika aku sedang shalat", Jawabnya. Si pelayan kembali berkata: "Wahai tuanku, kalau begitu, Anda adalah orang yang mencari zawaliq dalam shalat, bukan mencari Tuhan Sang Pencipta." Akhirnya, budak itu dimerdekakan oleh tuannya, berkat keyakinan dan keimanannya.

     Oleh sebab itu, bagi orang yang berakal seyogyanya meninggalkan dunia untuk mengabdi kepada Allah swt., memikirkan masa depannya demi kepentingan dan kebahagiaan akhirat.
     Allah swt. Berfirman:

من كان يريد حرث الآخرة نزدله فى حرثه ومن كان يريد حرث الدنيا نؤته منها وماله فى الآخرة من نصيب
(الشورى: ٢٠)

Artinya:
"Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat." (QS. Ash-Shūraá :20)

     Keuntungan dunia berarti kelezatan-kelezatannya, diantaranya berupa pakaian, makanan, minuman dan lain sebagainya. Sedangkan maksud dari tidak ada baginya satu bagianpun di akhirat ialah dicabut dari hatinya kecintaan kepada akhirat.
     Karenanya, Abu Bakar As-shiddiq menginfakkan hartanya kepada Nabi Muhammad saw. Sebanyak empat puluh ribu dinar secara tersembunyi dan empat puluh ribu lagi secara terang-terangan. Sehingga tidak tersisa sesuatupun padanya.

     Nabi Muhammad saw. dan keluarganya adalah orang-orang yang berpaling dari kenikmatan, kesenangan dan kelezatan dunia. Karena itulah, sehingga ketika Nabi Muhammad saw. menikahkan putrinya, Fatimah Az-zahra ra. dengan Ali,  pelaminannya hanya berupa kulit domba yang disucikan (disamak), sedangkan bantalnya berupa kulit binatang yang berisikan sabut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar