Bismillahirrohmanirrohim

Bismillahirrohmanirrohim

Kamis, 19 Maret 2015

RINDU




     Al-hubb (cinta) berarti kecenderungan tabi'at terhadap sesuatu yang dirasakan nyaman. Jika kecenderungan itu begitu kuat, maka ia dinamakan kerinduan. Dalam kondisi rindu, seorang sanggup menjadi budak bagi yang dicintai dan dirindukannya itu dan sudi menginfakkan apa yang dimiliki karenanya. Tidakkah Anda tentang Zulaikha, demi cintanya dia rela kehilangan semua harta yang dimilikinya bahkan kecantikannya. Zulaikha adalah seorang wanita yang kaya raya, memiliki mutiara emas permata dan kalung sebanyak berat muatan tujuh puluh unta. Dia rela menginfakkan semuanya demi cintanya pada Yusuf. Setiap orang berkata yang berkata kepadanya: " Suatu hari aku melihat Yusuf." Maka Zulaikha memberinya satu kalung yang dapat membuatnya kaya raya. Hingga tak tersisa sedikitpun dari mutiara dan perhiasannya tersebut. Karena cinta dan kerinduannya yang begitu dalam kepada Yusuf  dia menamakan segala sesuatu dengan nama Yusuf. Dia tidak ingat apapun selain Yusuf. Ketika dia mengangkat wajahnya ke langit, yang dia lihat hanyalah nama Yusuf yang terukir indah pada binatang-binatang.
     Dalam suatu riwayat disebutkan setelah Zulaikha beriman dan dinikahi oleh Yusuf as. dia selalu menyendiri menghindar dari Yusuf dan menyepi untuk beribadah. Dia benar-benar tenggelam dalam keasyikan beribadah kepada Allah swt. Ketika Yusuf mengajaknya ke tempat tidur ia menepis dan menyanggupinya di malam hari. Dan ketika Yusuf mengajaknya di malam hari, ia menundanya hingga siang hari. Zulaikha berkata: "Wahai Yusuf, sebelum mengenal Allah, saya hanya cinta kepadamu, tetapi setelah aku mengenal-Nya, maka cintaku kepada-Nya tak menyisakan buat mencintai yang lain dan aku menginginkan cintaku kepada-Nya, tak digantikan oleh selain yang selain-Nya." sampai pada suatu saat, Yusuf berkata kepadanya: "Sesungguhnya Allah swt. memerintahkan kepadaku untuk melakukan hal itu (berhubungan badan) dengan Anda. Dia mengabarkan kepadaku, bahwa Dia akan mengeluarkan dua orang anak dari (melalui) Anda yang akan Dia jadikan sebagai Nabi." Zulaikha berkata: "jika memang Allah yang memerintahkan untuk melakukan hal itu dan menjadikan aku sebagai jalan untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka berarti hal itu sebuah ketaatan terhadap perintah Allah, mak silahkan Anda melakukannya." Dengan demikian maka Zulaikha menjadi tenang dalam dekapan Yusuf as.

     Diceritakan, bahwa ketika ditanyakan kepada Majnun Laila: "Siapa nama Anda?" Dia menjawab: "Laila." Suatu hari ketika ditanyakan kepadanya: "Bukankah Laila telah mati?" Dia menjawab: "Sesungguhnya Laila telah bersemayam di dalam hatiku, dia tidak mati." Pada suatu hari, ia berjalan di depan rumah Laila, tetapi ia melihat ke langit, lalu dikatakan kepadanya: "Wahai Majnun, janganlah Anda memandang ke langit, tetapi pandanglah rumah Laila, barangkali Anda akan melihatnya." Dia menjawab: "Cukuplah bagiku memandang binatang yang pantulan cahayanya jatuh menerpa rumah Laila."

     Diceritakan, tentang Manshur Al-Hallaj rahimahullah yang ditahan oleh orang-orang selama delapan belas hari, lalu Asy-Syubali datang kepadanya dan berkata: "Wahai Manshur, apakah mahabbah (cinta) itu?" Dia menjawab: "Janganlah Anda bertanya kepadaku hari ini, tetapi bertanyalah kepadaku esok hari." Ketika pagi hari tiba, dan orang-orang telah mengeluarkannya dari penjara hendak membunuhnya, Syubali berjalan dihadapannya. Lalu Manshur memanggil: "Ya Syubali, cinta di awalnya adalah kebakaran dan akhirnya adalah pembunuhan."
     Hal itu mengisyaratkan bahwa betapa telah benar-benar menjadi nyata dalam pandangan Al-Hallaj, sesungguhnya segala sesuatu selain Allah adalah bathil. Dia benar-benar tahu dan yakin bahwa hanya Allah-lah yang haq, sehingga ketika nama Tuhan Yang Haq itu tertanam dalam dirinya, dia menjadi lupa akan dirinya sendiri. Oleh sebab itu ketika dia ditanya: "Siapa Anda?" Dia menjawab: "Saya Al-Haq."

     Diriwayatkan bahwa bukti kebenaran cinta itu ada pada tiga hal, yaitu:
* Dia akan memilih perkataan (kalam) kekasihnya daripada perkataan yang lain.
* Dia akan memilih duduk dalam satu majlis bersama kekasihnya daripada di majlis lain.
* Dia memilih keridhaan kekasihnya daripada keridhaan yang lain.

     Dikatakan, bahwa al-'isyq (kerinduan) mampu merobohkan dinding-dinding pemisah dan membuka rahasia-rahasia. Sedangkan wujud merupakan kelemahan ruh untuk memikul beban kerinduan, ketika manisnya zikir itu benar-benar dapat diwujudkan. Sehingga ketika berada dalam kondisi hubungan yang begitu intens itu, seandainya salah satu anggota tubuhnya dipotong, maka dia tidak akan terasa dan tidak pula mengetahuinya.

     Diceritakan, bahwa ada seorang laki-laki ketika sedang mandi di sungai Furat, di mendengar suara seorang lelaki membaca ayat:

ﻭَﭐﻣْﺘَٰﺰُﻭﺍ۟ ﭐﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﭐﻟْﻤُﺠْﺮِﻣُﻮﻥ

Artinya:
"Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir): berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat."(QS. Yaa Siin: 59).

    Pada saat mendengar lantunan ayat tersebut kondisinya menjadi tergoncang, tak sadarkan diri, lalu tenggelam dan mati. Diceritakan dari Muhammad bin Abdullah Al-Baghdadi, dia berkata: "Saya melihat seorang pemuda di Bashrah, yang berada di puncak ketinggian. Semua mata tertuju menatap kepadanya. Pemuda itu berkata: 'orang yang mati dalam kerinduan, maka hendaklah ia mati seperti ini. Tiada kebaikan dalam kerinduan tanpa kematian.' Kemudian dia menjatuhkan dirinya dan mati."

     Diceritakan, bahwa Dzun Nun Al-Mishri ketika masuk ke dalam Masjidil Haram, ia melihat seorang pemuda telanjang yang terbuang dan sakit tergeletak di bawah suatu tiang, hatinya merintih pedih. Dzun Nun berkata: "Saya mendekatinya dan mengucapkan salam padanya, lalu bertanya: "Siapa Anda, hati anak muda?" Ia menjawab: "Saya adalah orang asing yang dilanda kerinduan." Setelah saya mengetahui dan memahami apa yang dikatakan, saya berkata: "Saya adalah orang yang seperti Anda." Kemudian ia menangis dan akupun menangis karena tangisannya." Mengetahui aku menangis dia bertanya: "Mengapa Anda menangis?" Saya menjawab: "Saya adalah orang seperti Anda." dia menangis dengan suara yang sangat keras. Lalu menghembuskan nafasnya yang terakhir kali (mati) pada saat itu juga aku menutupinya dengan bajuku, kemudian pergi meninggalkannya untuk mencari kain kafan. Setelah aku membeli kain kafan, aku segera kembali padanya di tempat semula, tetapi aku tidak mendapatinya. Aku berkata: "Maha Suci Allah (subhanallah)." Tiba-tiba aku mendengar suara tanpa rupa (panggilan rabbani): "Wahai Dzun Nun, sesungguhnya pemuda asing itu, adalah orang yang dicari-cari setan di dunia, tetapi tidak menemukannya. Malaikat Malik juga mencarinya, tetapi ia tidak melihatnya. Malaikat Ridhwan mencarinya di dalam surga, tetapi tidak menemukannya." Aku berkata: "Kalau begitu, dia di mana?" Dzun Nun berkata: "Kemudian aku mendengar suara lagi: "Di tempat yang disenanginya, yaitu di sisi Tuhan Yang Maha Berkuasa." (QS. Al-Qamar: 55). Sebab kecintaannya, banyaknya ketaatan dam kesegeraannya bertobat. Demikian sebagaimana dijelaskan di dalam kitab Zahrur Riyadh.

     Sebagian para Syeikh ketika ditanya tentang cinta, ia menjawab: "Sedikit bergaul, banyak berkhalwat (menyepi), selalu melakukan perenungan dan berpikir sekalipun secara lahiriah terlihat diam. Dia tidak melihat ketika dipandang, tidak mendengar ketika dipanggil, tidak paham ketika diajak bicara, tidak bersedih ketika ditimpa musibah, bahkan ketika ditimpa kelaparan dia tidak mengerti. Dia telanjang tetapi tidak merasa, dia mencaci maki tetapi tidak takut. Dia melihat kepada Allah dalam berkhalwat dan merasa damai di sisi-Nya, dia bermunajat kepada-Nya dan tak ikut berebutan dengan orang-orang yang ambisius dalam urusan keduniaan mereka."
     Abu Tawwab An-Nakhasyi berkata tentang tanda-tanda cinta, sebagaimana yang terbuang dalam bait-bait syair berikut ini:

"Janganlah sekali-kali Anda tertipu bagi seorang kekasih memiliki tanda-tanda; dia memiliki beberapa sarana dan sangat ringan mengulurkan tangannya buat menyambut sang kekasih.
Dia merasa nikmat menerima cobaan dari sang kekasih; dan senantiasa melakukan apa yang menyenangkan kekasihnya.
Penolakan sang kekasih baginya adalah sebuah pemberian yang terkabulkan; kefakiran menjadi sebuah kemuliaan dan merupakan kebaikan yang disegerakan.
Di antara tanda-tandanya lagi, Anda akan melihat bahwa seluruh tujuannya adalah buat ketaatan sang kekasih, sekalipun ia banyak dikecam.
Termasuk tanda-tandanya juga, dia selalu terlihat tersenyum; sekalipun di dalam hatinya ditimpa kepahitan oleh sang kekasih.
Di antara tanda-tandanya, dia terlihat selalu ingin paham perkataan orang yang memberikan pengabulan terhadap orang yang meminta.
Dan termasuk tanda-tandanya, dia selalu hidup bersahaja, dan menjaga segala hal yang diucapkan."

     Ada sebuah hikayat, pada suatu ketika Nabi Isa as. berjalan bertemu dengan seorang pemuda yang sedang menyirami kebun, lalu pemuda itu berkata kepada Nabi Isa: "Wahai Nabi Isa, mohonlah kepada Tuhan Anda agar menganugerahkan kepadaku cinta kepada-Nya seberat dzarrah (atom)." Nabi Isa berkata: "Anda tidak akan mampu menanggung mahabbah seberat dzarrah ." Pemuda itu berkata: "Kalau begitu, separuh dzarrah saja." Lalu Nabi Isa as. Berdo'a: "Ya Tuhanku, anugerahkan kepada pemuda itu separuh dzarrah dari kecintaan-Mu." Setelah berdo'a, Nabi Isa pergi berlalu. Waktu pun terus berjalan melaju, setelah beberapa lamanya, Nabi Isa melewati tempat pemuda yang didoakannya dan bertanya mengenai kondisinya. Orang-orang yang ditanya berkata: "Pemuda itu menjadi gila, ia pergi ke gunung." Maka Nabi Isa berdo'a kepada Allah agar diperlihatkan pada pemuda itu, dan Nabi Isa melihatnya berada di suatu gunung, berdiri di atas batu besar seorang diri, matanya menerawang menatap ke langit. Ketika Nabi Isa mengucapkan salam kepadanya, ia tak menjawabnya. Nabi Isa berkata: "Wahai pemuda, saya Nabi Isa." Lalu Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Isa as.: "Bagaimana mungkin orang yang di dalam hatinya terdapat separuh dzarrah dari kecintaan-Ku, dapat mendengar perkataan manusia. Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, seandainya Anda memotongnya dengan gergaji, tentu ia tidak akan mengetahui akan hal itu."

     Barangsiapa yang mengakui tiga hal, sementara ia tidak membersihkan diri dari tiga hal, maka ia adalah orang yang tertipu, yaitu:

Pertama:  Orang yang mengaku merasakan manisnya berzikir kepada Allah, sementara ia mencintai dunia.
Kedua:  Orang yang mengaku cinta keikhlasan dalam beramal, tetapi menginginkan agar manusia mengagungkan dan memuliakannya.
Ketiga:  Orang yang mengaku cinta kepada Allah, sementara ia tidak memiliki keberanian untuk mengorbankan dirinya.

     Rasulullah saw. Bersabda: "Akan datang suatu zaman pada umatku, mereka mencintai lima hal, tetapi melalaikan lima hal yang lain, yaitu: Mereka mencintai dunia, tetapi melalaikan akhirat; Mereka mencintai harta, tetapi melalaikan hisab; Mereka mencintai makhluk, tetapi melalaikan Al-Khaliq (Tuhan Yang Menciptakan); Mereka suka melakukan dosa, tetapi melalaikan tobat; Mereka mencintai (membangun) gedung-gedung, tetapi melalaikan (membangun) kubur."

     Manshur bin Ammar berkata, menasehati seorang pemuda: "Wahai pemuda, janganlah Anda tertipu dengan masa muda Anda. Betapa banyaknya pemuda yang mengakhirkan bertobat dan memperpanjang angan-angan (thulul amal) dan tidak mengingat akan kematiannya. Dia berkata, aku akan bertobat besok atau besoknya lagi. Tiba-tiba datang malaikat maut, sementara ia dalam kelalaian bertobat, sehingga ia berada di dalam kubur dengan menanggung penyesalan yang teramat dalam. Harta tak lagi dapat memberikan manfaat baginya, tidak pula seorang hamba, anak, ayah, dan yidak juga seorang ibu. Sebagaimana firman Allah swt.

ﻳَﻮْﻡَ ﻟَﺎ ﻳَﻨﻔَﻊُ ﻣَﺎﻝٌ ﻭَﻟَﺎ ﺑَﻨُﻮﻥ # ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦْ ﺃَﺗَﻰ ﭐﻟﻠَّﻪَ ﺑِﻘَﻠْﺐٍ
ﺳَﻠِﻴﻢ

Artinya:
"(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. Ash-Shūraá: 88-89).

     Ya Allah, anugerahkan kepada kami untuk bertobat sebelum mati, sadarkanlah kami ketika lalai, dan berilah kami manfaat dengan syafa'at Nabi kami, seorang Rasul yang terbaik di antara para Rasul.

     Adalah menjadi sifat orang mukmin untuk segera bertobat pada hari dan saat itu juga, serta menyesali dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Menerima dengan penuh kerelaan, sekalipun hanya terbatas pada kebutuhan primernya saja dari kebutuhan hidupnya di dunia. Tidak sibuk dengan urusan dunia, tetapi ia selalu sibuk dengan melakukan amal akhirat dan beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan.

     Ada sebuah hikayat, bahwa terdapat seorang laki-laki kikir lagi munafik bersumpah pada istrinya agar tidak melakukan sedekah sedikitpun. Bila ia tetap melakukannya, ia bersumpah akan menceraikannya. Pada suatu saat datanglah seorang peminta-minta mengetuk pintu rumahnya, seraya berkata: "Wahai penghuni rumah ini, dengan haq Allah, hendaklah Anda memberikan suatu sedekah kepadaku." perempuan penghuni rumah itu, lalu memberinya tiga potong roti. Orang munafik yang tak lain adalah suami dari wanita itu, memergoki si peminta yang membawa roti dan bertanya: "Siapa yang memberi Anda roti itu?" Dia menjawab: "Si wanita penghuni rumah itu telah memberikan roti ini padaku." Rumah yang disebutkan pengemis itu tak lain adalah rumahnya. Maka si Munafik itu segera masuk ke dalam rumah dan bertanya kepada istrinya: "Bukankah aku telah menyumpah Anda, agar tidak memberikan sesuatu kepada seorang pun." Wanita itu menjawab: "Saya memberikannya karena Allah Azza wa-Jalla. Laki-laki munafik itu lalu pergi untuk menyalakan tungku pembakaran hingga benar-benar panas. Kemudian ia berkata kepada istrinya: "Bangkit dan ceburkan diri Anda ke dalam tungku karena Allah." Wanita itu bangkit dan mengambil perhiasannya. Laki-laki munafik berkata: "Tinggalkan perhiasan itu." Wanita (istrinya) menjawab: Seorang kekasih tentu berhias buat kekasihnya, dan aku adalah orang yang akan mengunjungi kekasihku." Kemudian ia masuk ke dalam tungku yang telah panas membara, dan laki-laki munafik itu lalu menutupinya, kemudian pergi berlalu, setelah genap tiga hari si munafik datang dan membuka penutup tungku, betapa ia menjadi terperanjat, ketika melihat ternyata istrinya selamat atas kekuasaan dan pertolongan Allah. Ia terheran-heran menyaksikan keadaan itu, disaat ia termenung dalam keheranannya, tiba-tiba terdengar suara: "Sekarang Anda menjadi tahu, bahwa api tidak akan dapat membakar kekasih-Ku."

     Diceritakan, bahwa Aisyah, istri Fir'aun merahasiakan imannya dari Fir'aun, suaminya. Ketika Fir'aun mengetahui tentang keimanannya, ia memerintahkan untuk menghukum dan menyiksanya. Lali mereka menyiksa Aisyah dengan berbagai macam siksaan. Fir'aun berkata: "Keluarlah dari agama barumu itu." Tetapi Aisyah tidak hendak murtad (keluar dari akidahnya). Kemudian Aisyah diikat pada suatu tonggak yang terpasang, lalu anggota-anggota tubuhnya dipukuli dan disiksa. "Lepaskan akidah dan keimananmu itu," Pintar Fir'aun. Aisyah berkata: "Anda dapat menyiksa tubuhku, tetapi hatikudalam pemeliharaan Tuhanku. Sekalipun Anda memotong dan mencincang tubuhku, hal itu tidak berarti apa-apa bagiku, bahkan akan semakin menambah cintaku pada Tuhanku."
     Kemudian ketika Nabi Musa lewat di hadapan Aisyah, ia memanggil: "Wahai Musa, apakah Tuhanku ridha ataukah murka kepadaku?" Nabi Musa menjawab: "Wahai Aisyah, para malaikat di langit sedang menanti kedatangan Anda dengan penuh kerinduan. Allah bangga terhadap Anda, dan sampaikan apa yang Anda inginkan kepada-Nya, tentu Dia akan mengabulkan apa yang Anda inginkan." Lalu Aisyah memohon, sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut ini:

ﺭَﺏِّ ﭐﺑْﻦِ ﻟِﻰ ﻋِﻨﺪَﻙَ ﺑَﻴْﺘًﺎ ﻓِﻰ ﭐﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﻧَﺠِّﻨِﻰ ﻣِﻦ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ﻭَﻋَﻤَﻠِﻪِۦ ﻭَﻧَﺠِّﻨِﻰ ﻣِﻦَ ﭐﻟْﻘَﻮْﻡِ ﭐﻟﻈَّٰﻠِﻤِﻴﻦ

Artinya:
"Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim." (QS. At-tahrim: 11).

     Salman ra. Berkata: "Aisyah, istri Fir'aun di siksa di bawah sengatan terik matahari. Ketika para penyiksa pergi meninggalkannya, para malaikat menaunginya dengan sayapnya dan ia melihat rumahnya di surga."

     Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Fir'aun menancapkan empat buah tonggak, lalu ia menelantangkan istrinya terbelenggu dan terikat pada tonggak-tonggak itu menindihnya dengan alat penggiling dengan dihadapkan pada matahari. Kemudian Aisyah menengadahkan wajahnya ke langit seraya memohon: "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim." (QS. At-tahrim: 11)

     Hasan berkata: "Lalu Allah menyelamatkannya dengan keselamatan yang paling mulia dan mengangkatnya ke syurga, ia pun makan dan minum dengan penuh kenikmatan." Hal tersebut merupakan bukti bahwa berlindung kepada Allah dan kembali kepadaNya memohon jalan keluar yang terbaik ketika menerima ujian dan bencana adalah menjadi tradisi bagi orang-orang shaleh dan orang-orang yang beriman.

Rabu, 04 Maret 2015

CINTA






     Disebutkan bahwa ada seorang laki-laki melihat bentuk rupa yang sangat buruk di suatu hutan. Lalu ia bertanya kepadanya: "Siapakah Anda?" Ia menjawab: "Saya adalah bentuk amal Anda yang buruk." Laki-laki itu bertanya: "Apa yang dapat menyelamatkan dari Anda?" Ia menjawab: "Bershalawat kepada Nabi saw." Sebagaimana sabda Nabi saw.: "Bershalawat kepadaku sebagai cahaya yang menerangi shirat (jalan). Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku pada hari Jum'at delapan puluh kali, maka Allah mengampuni dosa-dosanya delapan puluh tahun."

     Diceritakan, bahwa ada seorang laki-laki yang lupa tidak bershalawat kepada Nabi saw. lalu malam harinya ia bermimpi melihat Nabi saw. tetapi beliau tidak menoleh kepadanya. Laki-laki itu berkata: "Ya Rasulullah, apakah Anda marah kepadaku." Beliau menjawab: "Tidak?"   "Lalu mengapa Anda tidak mau melihat kepadaku?" Tanya laki-laki itu lagi. Beliau menjawab: "Karena aku tidak mengenal Anda." Laki-laki itu berkata: "Bagaimana Anda tidak mengenal aku, padahal aku adalah seorang dari umat Anda. Para ulama telah meriwayatkan bahwa Anda lebih mengetahui umat Anda, daripada seorang ibu yang mengenali anaknya." Beliau menjawab: "Mereka itu benar, tetapi Anda tidak mengingat aku dengan membaca shalawat, sementara pengenalanku terhadap umatku adalah sesuai dengan kadar bacaan shalawat mereka kepadaku." Kemudian laki-laki terjaga dari tidurnya, lalu ia mewajibkan atas dirinya untuk bershalawat atas Nabi saw. setiap hari seratus kali. Dia selalu melakukan hal itu, sampai pada suatu hari ia bermimpi melihat Nabi saw. lagi. Tetapi kali ini beliau bersabda: "Sekarang saya kenal terhadap Anda dan akan memberikan syafa'at kepada Anda." Yakni, laki-laki itu, menjadi sangat cinta kepada Nabi saw.

     Allah swt. Berfirman:

ﻗُﻞْ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗُﺤِﺒُّﻮﻥَ ﭐﻟﻠَّﻪَ ﻓَﭑﺗَّﺒِﻌُﻮﻧِﻰ ﻳُﺤْﺒِﺒْﻜُﻢُ ﭐﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮﺑَﻜُﻢْ ۗ ﻭَﭐﻟﻠَّﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭٌ ﺭَّﺣِﻴﻢ

Artinya:
"Katakanlah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31).

     Sebab turunnya ayat tersebut ialah ketika Nabi saw. mengajak Ka'ab bin Asyraf dan teman-temannya pada Islam, mereka berkata: "Kami berada dalam kedudukan putra-putra Allah dan kami sangat cinta kepada Allah. Lalu Allah swt. berfirman kepada nabi-Nya, Muhammad saw. dengan menurunkan ayat tersebut.
     Pengertian ayat: "Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku"  Yakni, ikutilah agamaku, karena saya adalah Rasul Allah yang diutus untuk menyampaikan risalah-Nya kepada Anda semua, dan sebagai Hujjah-Nya atas kalian.
     Ayat selanjutnya: "...niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31).   Cinta orang-orang mukmin kepada Allah, ialah kepatuhannyatalah menaati perintah-Nya, dan mengutamakan kebaktian dan mencari keridhaan-Nya. Sedangkan cinta Allah kepada orang-orang mukmin, ialah pujian Allah kepada mereka, pemberian pahala dan ampunan kepada mereka, serta penganugerahan nikmat, rahmat, pemeliharaan dan petunjuk kepada mereka.

     Imam Al-Ghazaly berkata di dalam karya monumentalnya, Ihya' Ulumiddin sebagai berikut: "Barangsiapa yang mengakui empat hal tanpa disertai empat hal yang lain, maka dia adalah pendusta. Orang yang mengaku cinta surga, tetapi tidak melakukan ketaatan (kepada Allah), mak dia pendusta; Orang yang mengaku cinta Nabi saw. tetapi tidak cinta ulama dan orang-orang fakir, mak dia pendusta; Orang yang takut terhadap siksa neraka, tetapi dia tidak mau meninggalkan kemaksiatan, maka dia pendusta; Dan orang yang mengaku cinta kepada Allah swt. tetapi dia mengeluh sebab musibah yang menimpanya, maka dia pendusta."

     Rabi'ah berkata dalam sya'ir berikut ini:
"Anda berlaku durhaka kepada Tuhan, tetapi Anda memperlihatkan kecintaan kepadanya; Demi umurku, bagiku hal itu sebagai suatu yang ganjil (aneh). Andai kecintaan Anda benar, tentu Anda mentaati-Nya; karena orang yang cinta akan selalu patuh pada yang dicintainya."

     Ketika serombongan orang datang kepada Asy-Syubali. dia berkata: "Siapakah Anda semua ini?" Mereka menjawab: "Kami adalah para pecinta Anda, maka terimalah kami." Lalu Asy-Syubali menerima kemudian melempari mereka dengan batu. Maka mereka berlalu menjauhinya. Asy-Syubali berkata: "Mengapa Anda semua berlari dariku, jika Anda semua orang-orang yang mencintai aku, tentu tidak akan berlari karena ujian yang aku timpakan kepada Anda." Kemudian Asy-Syubali berkata: "Para pecinta (Allah) akan minum air mahabbah dari gelas air kecintaan sehingga bumi dan negeri menjadi sempit baginya, dia benar-benar ma'rifat kepada Allah, tenggelam dalam kebesaran dan bingung dalam kekuasaan-Nya. Mereka minum dengan gelas kecintaan-Nya, menyelam dalam lautan kerinduan kepada-Nya, damai dan nikmat dalan bermunajat kepada-Nya, kemudian dia bersyair:

* ذكرالمحبة يا مولاي اسكرني * * وهل رأيت محبا غير سكران *

"Mengingat kecintaan kepada-Mu, wahai Kekasihku membuatku mabuk kepayang; Apakah Anda mengetahui orang yang cinta tanpa dimabuk cinta."

     Dikatakan, apabila seekor unta dimabuk cinta, dia tidak mau makan rumput selama empat puluh hari, dan apabila dibebankan di atasnya muatan yang berlipat dia tidak akan mau mengangkatnya, karena beban kecintaan yang menimpanya. Ketika luapan cinta memenuhi ruang hatinya, maka ia tidak mau makan dan tidak menghiraukan beban berat, karena kerinduannya untuk bertemu sang kekasih. Jika unta saja mau meninggalkan kesukaannya dan tidak memperdulikan berat beban bawaannya demi kekasih yang dicintanya, lalu bagaimana halnya dengan sikap Anda, sudihkah Anda meninggalkan kesenangan hawa nafsu yang diharamkan, demi kecintaan kepada Allah. Apakah Anda juga meninggalkan makan dam minum karena Allah, menanggung beban berat, demi Allah, Kekasih Anda? Jika Anda tidak melakukan sesuatupun dari kebajikan-kebajikan yang telah kami sebutkan, maka pengakuan kecintaan Anda kepada Allah itu, hanyalah sebuah nama tanpa makna yang substansial, yang tidak akan berguna di dunia dan di akhirat, serta tidak berguna di hadapan makhluk dan tidak pula di hadapan Sang Pencipta (Al-Khaliq).

     Diriwayatkan dari Ali karramallaahu wajhahu, dia berkata: "Barangsiapa yang surga, tentu ia bersegera melakukan kebajikan-kebajikan. Barangsiapa yang takut pada neraka, tentu dia mencegah kesenangan-kesenangan hawa nafsunya, dan barangsiapa yang percaya pada kematian, tentunya menganggap hina kelezatan-kelezatan duniawi.
     Adalah Ibrahim Al-Khawwash ketika ditanya tentang kecintaan, ia menjawab: "Yaitu, kesanggupan untuk menghancur leburkan keinginan hawa nafsu, membakar segala sifat dan kebutuhan akan kebedaan, lalu menenggelamkan diri ke dalam lautan petunjuk."

Minggu, 01 Maret 2015

TOBAT





     Bertobat itu wajib bagi setiap muslim, laki-laki dan perempuan. Allah swt. berfirman:


ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺗُﻮﺑُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻮْﺑَﺔً ﻧَﺼُﻮﺣًﺎ
(التحريم: ٨)

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya." (QS. At-tahrim: 8).

    Perintah dalam ayat tersebut menunjukkan arti perintah wajib. Jadi bertobat menjadi sebuah kewajiban bagi orang yang beriman. Allah swt. juga berfirman:

ﻭَلا ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍ۟ ﻛَﭑﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻧَﺴُﻮﺍ۟ ﭐﻟﻠَّﻪَ ﻓَﺄَﻧﺴَﻬُﻢْ ﺃَﻧﻔُﺴَﻬُﻢْ ۚ ﺃُﻭ۟ﻟَٰٓﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﭐﻟْﻔَٰﺴِﻘُﻮﻥ
(الحشر: ١٩)
Artinya:
"Dan janganlah seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. Lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyr:19).

     Maksud dari, "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah." Yakni, mereka lupa dengan janji yang telah mereka ikrarkan kepada Allah, dan membuang ajaran kitab suci Allah di belakang punggung mereka.
     Ayat selanjutnya: "Lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri." Yakni, Allah menjadikan mereka lupa dengan kondisinya sendiri, sehingga mereka tidak dapat mencegah diri dan tidak pula mampu mengemukakan kebaikan buat diri mereka sendiri.
Nabi saw. bersabda:

ﻣَﻦْ ﺃَﺣَﺐَّ ﻟِﻘَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﺣَﺐَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻘَﺎﺀﻩُ ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺮِﻩَ ﻟِﻘَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﺮِﻩَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻘَﺎﺀﻩ

Artinya:
"Barangsiapa yang cinta (suka) bertemu pada Allah, maka Allah juga suka bertemu dengannya. Barangsiapa yang benci (tidak suka) bertemu Allah, maka Allah benci bertemu dengannya." (HR. Bukhari 6142).

     Sedangkan maksud dari, "Mereka itulah orang-orang yang fasik." Yakni, orang-orang yang durhaka, yang merusak perjanjian mereka. Mereka keluar dari jalan hidayah (petunjuk), rahmat danmaghfirah (ampunan).
      Orang-orang fasik itu ada dua macam, yaitu fasik kafir dan fasik fajir. Fasik kafir ialah orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, keluar dari hidayah dan masuk ke dalam kesesatan. Allah swt. berfirman: "...maka ia mendurhakai perintah Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 50). Yakni, keluar dari taat perintah pada Tuhannya dengan keimanannya, (sehingga ia menjadi orang yang fasik dan kafir). Sedangkan fasik fajir ialah orang yang meminum khamar, makan yang haram, berzina, melakukan kemaksiatan kepada Allah, keluar dari jalan ibadah dan masuk ke dalam kemaksiatan, tetapi tidak musyrik.
     Perbedaan antara keduanya ialah, fasik kafir tak dapat diharapkan untuk mendapatkan ampunan, kecuali dengan mengucapkan syahadat dia bertobat sebelum kematiannya. Sementara fasik fajir ialah orang fasik yang masih dapat diharapkan mendapatkan ampunan dengan jalan bertobat dan melakukan penyesalan atas kesalahannya sebelum kematian datang menjemputnya. Setiap kemaksiatan yang bersumber dari hawa nafsu dapat diharapkan ampunannya. Sedangkan setiap kemaksiatan yang bersumber dari kesombongan, maka tak dapat diharapkan pengampunannya. Kemaksiatan iblis adalah berasal dari kesombongan. Anda seharusnya bertobat dari dosa-dosa Anda sebelum mati, dengan penuh harapan agar kiranya Allah swt. berkenan mengampuni dosa-dosa Anda.
     Allah swt. berfirman:

ﻭَﻫُﻮَ ﭐﻟَّﺬِﻯ ﻳَﻘْﺒَﻞُ ﭐﻟﺘَّﻮْﺑَﺔَ ﻋَﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِۦ ﻭَﻳَﻌْﻔُﻮﺍ۟ ﻋَﻦِ ﭐﻟﺴَّﻴِّـَٔﺎﺕِ ﻭَﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﺗَﻔْﻌَﻠُﻮﻥ
(الشورى: ٢٥)

Artinya:
"Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Ash-Shūraá: 25).

    Yakni, Allah memaafkan kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat dengan menerima tobat mereka. Nabi saw. bersabda: "Orang yang bertobat dari dosa, seperti orang yang tidak memiliki dosa."

     Diceritakan, bahwa ada seorang laki-laki ketika melakukan dosa, ia selalu mencatat dosanya di dalam buku harian. Pada suatu hari ia melakukan suatu dosa, lalu membuka-buka buku hariannya untuk mencatat dosa yang baru saja di lakukan itu. Tetapi ia tidak menemukan sesuatupun di dalamnya kecuali firman Allah swt.: "... Maka mereka itu, kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Furqan: 70).
 Yakni, Allah mengganti tempat kemusyrikan dengan keimanan, tempat zina dengan ampunan dan mengganti tempat kemaksiatan dengan keterjagaan dam ketaatan.

     Diceritakan, bahwa suatu ketika Umar bin Khattab berjalan melewati suatu jalan kota Madinah, lalu ia berhadapan (berpas-pasan) dengan seorang pemuda membawa botol yang di sembunyikan di balik bajunya. Umar ra. bertanya: "Hai pemuda, apa yang Anda bawa di balik baju Anda itu?" Botol yang berada di balik bajunya itu berisi khamar. Dan pemuda itu malu untuk mengatakan di hadapan Umar bahwa botol itu berisi khamar. Di dalam hatinya ia berkata: "Ya Illahi, janganlah Engkau permalukan aku di hadapan Umar, janganlah Engkau membuka rahasiaku yang membuat aku malu dan tutupilah rahasiaku ini, aku berjanji tidak akan minum khamar lagi untuk selama-lamanya." Kemudian pemuda itu berkata: "Wahai Amirul Mukminin, botol yang aku bawa ini berisi cuka." Umar berkata: "Cobalah perlihatkan kepadaku, agar aku bisa melihatnya." Lalu pemuda itu membukanya di hadapan Umar dan ternyata khamar dalam botol itu berubah menjadi cuka sehingga Umar benar-benar melihat cuka di dalam botol itu. Renungkanlah, betapa ada seorang makhluk (pemuda) bertobat karena takut kepada seorang makhluk (Umar), lalu Allah benar-benar mengganti khamar dengan cuka. Hal itu terjadi karena Allah benar-benar mengetahui akan keikhlasan dan ketulusan tobat seorang pemuda tersebut. Apabila ada seorang ahli maksiat jatuh bangkrut alamul menghentikan perbuatan-perbuatannya yang merusak dan melakukan tobat dengan semurni-murninya serta menyesali dosa-dosanya, maka Allah akan mengganti khamar keburukan-keburukannya dengan cuka ketaatan.

     Disebutkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa pada suatu malam setelah aku selesai melakukan shalat Isya' bersama Rasulullah di akhir waktu, aku keluar dan  bertemu seorang perempuan di suatu jalan, ia bertanya kepadaku: "Wahai Abu Hurairah, aku telah melakukan dosa, apakah masih ada kesempatan buatku bertobat dan di terima tobatku?" Aku bertanya kepadanya: "Apakah dosa Anda itu?" Perempuan itu menjawab: "Aku telah berzina dan membunuh anakku dari hasil perzinaan itu." Aku (Abu Hurairah) berkata kepadanya: "Anda telah celaka dan melakukan perbuatan yang mencelakakan, demi Allah tidak ada tobat bagi Anda." Mendengar jawabanku tersebut, perempuan itu jatuh pingsan. Aku terus berlalu meninggalkannya, sambil berkata dalam hatiku. "Aku telah memberikan fatwa, sementara Rasulullah saw. berada di antara kami." Kemudian aku kembali menemui Rasulullah saw. dan menceritakan peristiwa tersebut kepada beliau. Beliau bersabda kepadaku: "Celaka Anda, Anda telah melakukan hal yang mencelakakan. Dimana persepsi dan sikap Anda mengenai firman Allah swt.:

ﻭَﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﺎ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﻣَﻊَ ﭐﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻟَٰﻬًﺎ ﺀَﺍﺧَﺮَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻘْﺘُﻠُﻮﻥَ ﭐﻟﻨَّﻔْﺲَ ﭐﻟَّﺘِﻰ ﺣَﺮَّﻡَ ﭐﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﭑﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺰْﻧُﻮﻥَ ۚ ﻭَﻣَﻦ ﻳَﻔْﻌَﻞْ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻳَﻠْﻖَ ﺃَﺛَﺎﻣًﺎ (٦٨) ﻳُﻀَٰﻌَﻒْ ﻟَﻪُ ﭐﻟْﻌَﺬَﺍﺏُ ﻳَﻮْﻡَ ﭐﻟْﻘِﻴَٰﻤَﺔِ ﻭَﻳَﺨْﻠُﺪْ ﻓِﻴﻪِۦ ﻣُﻬَﺎﻧًﺎ (٦٩) ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦ ﺗَﺎﺏَ ﻭَﺀَﺍﻣَﻦَ ﻭَﻋَﻤِﻞَ ﻋَﻤَﻠًﺎ ﺻَٰﻠِﺤًﺎ ﻓَﺄُﻭ۟ﻟَٰٓﺌِﻚَ ﻳُﺒَﺪِّﻝُ ﭐﻟﻠَّﻪُ ﺳَﻴِّـَٔﺎﺗِﻬِﻢْ ﺣَﺴَﻨَٰﺖٍ ۗ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﭐﻟﻠَّﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭًﺍ ﺭَّﺣِﻴﻤًا
(الفرقان: ٦٨-٧٠)

Artinya:
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Furqan: 68-70).
     Maka aku segera pergi keluar kesan kemari mencari perempuan tersebut yang telah bertanya mengenai suatu masalah kepadaku. Aku bertanya kepada setiap orang yang aku jumpai agar memberitahukan mengenai keberadaan perempuan tersebut. Sehingga anak-anak berkata Abu Hurairah menjadi gila. Akhirnya aku dapat menemukan perempuan itu. Lalu aku sampaikan kepadanya apa yang dikatakan oleh Rasulullah mengenai permasalahannya. Dia menangis, karena merasa terharu dengan jawaban Rasulullah saw. dan berkata: "Saya memiliki suatu kebun, sekarang juga aku sedekahkan kebun itu untuk Allah dan Rasul-Nya."

     Ada sebuah hikayat mengenai Utbah Al-Ghulam rahimahullahu ta'ala, dia adalah termasuk orang ahli melakukan kefasikan dam kemaksiatan. Utbah begitu populer sebagai orang yang bermoral rusak dan peminum khamar. Pada suatu hari ia masuk ke dalam majlis ta'lim Hasan Bashri. Pada saat itu Hasan Bashri sedang memberikan penjelasan mengenai penafsiran dari firman Allah swt.:

ﺃَﻟَﻢْ ﻳَﺄْﻥِ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮٓﺍ۟ ﺃَﻥ ﺗَﺨْﺸَﻊَ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢْ ﻟِﺬِﻛْﺮِ ﭐﻟﻠَّﻪ
)الحديد: ١٦)

Artinya:
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah..." (QS. Al-Hadid: 16).

     Yakni, Belumkah datang waktunya hati orang-orang yang beriman itu takut? Dalam memberikan penafsiran ayat ini, Syeikh Hasan Bashri memberikan nasehat yang begitu memukau dan menyentuh hati, sehingga orang-orang yang hadir di dalam majlis itu menjadi menangis. Di tengah-tengah keharusan suasana itu, seorang pemuda berkata: "Wahai orang yang bertakwa dari sekalian orang-orang mukmin, apakah Allah akan sudi menerima orang fasik dan berdosa seperti aku ini, jika aku bertobat?" Syeikh berkata: "Ya, Allah akan menerima tobat terhadap kefasikan dan kedurhakaan Anda." Ketika Utbah mendengar perkataan itu, wajahnya menjadi pucat, semua persendiannya menjadi tergetar dan gemertak, lalu ia menjerit histeris dan jatuh pingsan. Ketika ia tersadar, Hasan Bashri mendekatinya dan mengucapkan bait-bait syair berikut ini:

أيا شابالرب العرش عاص * أتدري مجازاع ذوي المعاصى
سعيرللعصاة لهازفير * وغيظ يوم يؤخذ بالنواصي
فإن تصبر على النيران فاعصه * وإلا كن عن العصيان قاضى
وفيما قد كسبت من الخطايا * رهنت النفس فاجهدبالخلاص

"Wahai pemuda yang bermaksiat kepada Tuhan pemilik Arasy; tahukah Anda apa balasan bagivorang yang maksiat.
Neraka Syair, menjadi tempat bagi orang yang maksiat, ia memiliki bunga api yang menyala-nyala dan kegeraman kemarahan pada hari ubun-ubun dipegang (tak dapat berkutik).
Jika Anda sabar terhadap siksaan neraka, maka silahkan bermaksiat kepada-Nya, tetapi jika tidak, maka jauhkan diri dari kemaksiatan.
Kesalahan-kesalahan yang telah Anda perbuat, berarti Anda telah menggadaikan diri Anda, maka bersungguh-sungguhlah untuk membebaskannya."

     Mendengar lantaran syair dari Hasan Bashri itu, Utbah menjerit lagi dengan jeritan yang lebih keras, lalu jatuh pingsan. Setelah tersadar Utbah berkata: "Ya Syeikh, apakah Tuhan Yang Maha Penyayang akan menerima tobat orang yang hina dan tercela seperti saya ini?" Tidak ada yang dapat menerima tobat seorang hamba yang serong, kecuali Tuhan Yang Maha Pengampun. Kemudian Utbah mengangkat kepalanya tengadah ke langit seraya berdo'a akan tiga hal, yaitu:
     Pertama:  Ya Illahi, jika Engkau menerima tobatku dan mengampuni dosa-dosaku, maka muliakanlah aku dengan kemampuan untuk memahamidan menghafal sehingga aku dapat menghafal apa yang aku dengar dari ilmu dan Al-Qur’an.
     Kedua:  Ya Illahi, muliakanlah aku dengan memiliki suara yang merdu, sehingga setiap orang yang mendengar suaraku ketika aku membaca Al-Qur’an, hatinya menjadi lembut dan tersentuh, sekalipun hatinya keras dan membatu.
     Ketiga:  Ya Illahi, Muliakanlah aku dengan mendapatkan rizki yang halal dan anugerahilah aku rizki dari arah yang tak terduga-duga.

     Allah swt. benar-benar mengabulkan permohonan itu, sehingga pemahaman dan hafalannya menjadi bertambah baik. Ketika ia membaca Al-Qur’an, maka setiap orang yang mendengarnya menjadi bertobat. Setiap hari di rumahnya selalu terhidang sepiring kuah dan buah roti, tanpa diketahui darimana datangnya dan siapa pula yang menghidangkannya. Dan hal ini, terus terjadi hingga ia berpisah dengan dunia (mati). Demikianlah, keadaan orang yang bertobat dan benar-benar kembali kepada jalan Tuhan. Sungguh Allah tak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan dengan sebaik-baiknya.

     Sebagian Ulama ketika ditanya: "Apakah seorang hamba yang bertobat dapat di mengerti apakah tobatnya itu diterima atau tidak?" Dia menjawab: "Tidak ada kepastian mengenai hal itu, tetapi diterima atau tidaknya tobat itu dapat diketahui dari beberapa indikasi berikut ini:

➡   Orang yang tobatnya diterima, dia mengetahui dan merasakan bahwa dirinya menjadi terpelihara dan selalu terhindar dari kemaksiatan.
➡   Dia merasakan bahwa kegembiraan dan kesenangan akan kemaksiatan menjadi lenyap dari hatinya dan dia selalu merasa disaksikan oleh Tuhan.
➡   Dia menjadi senang berdekatan dengan orang yang ahli melakukan kebaikan dan menjauhi orang yang fasik.
➡   Dia melihat harta duniawi yang walaupun sedikit sebagai suatu yang banyak dan melihat amal akhirat yang begitu banyak sebagai sesuatu yang hanya sedikit.
➡   Hatinya selalu sibuk dengan hal-hal yang difardhukan oleh Allah atasnya.
➡   Dia menjadi orang yang senantiasa memelihara dan menjaga lidahnya.
➡   Dia senantiasa berfikir dan melakukan perenungan, menyesali kesalahan dan dosa-dosa yang pernah dilakukan.