Bismillahirrohmanirrohim

Bismillahirrohmanirrohim

Selasa, 26 Mei 2015

Keutamaan bulan Sya'ban





Bulan ini dinamakan dengan Sya'ban karena bulan itu memiliki beberapa cabang kebaikan yang sangat banyak. Sya'ban diambil dari kata Asy-Syi'bi, yang berarti thariiqul jabali (jalan gunung atau jalan yang menanjak naik), yaitu jalan kebaikan.

     Diriwayatkan dari Abi Ummah Al-Bahili ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda:

إذا دخل شعبان فطهر وا أنفسكم وأحسنوا نيتكم فيه
    • Artinya:
    • "Apabila bulan Sya'ban telah masuk (datang), sucikanlah jiwa Anda dan perbaikilah niat Anda dalam bulan itu."

     Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata: "Sesungguhnya Rasulullah saw. berpuasa, sehingga kami mengatakan apakah beliau tidak berbuka, lalu beliau berbuka. Dan sehingga kami mengatakan kapan beliau tidak berpuasa, lalu beliau tidak berpuasa. Adalah beliau paling banyak berpuasa di bulan Sya'ban (selain bulan Ramadhan).

     Dalam Riwayat An-Nasa'i dari hadis Usamah ra., ia berkata: "Ya Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa pada suatu bulan dari bulan-bulan ini, seperti puasamu dalam bulan Sya'ban." Beliau bersabda: "Itu adalah sebuah bulan yang biasa dilalaikan manusia, yaitu bulan antara Rajab dan Ramadhan. Sya'ban adalah sebuah bulan, pada bulan itu amal-amal diangkat (dilaporkan) kepada Tuhan seru sekalian alam. Maka aku suka kalau amalku diangkat, sementara aku dalam keadaan puasa."

     Di dalam Sahihain (Bukhari dan Muslim) diriwayatkan dari Aisyah ra., ia berkata: "Aku tidak pernah melihat, beliau menyempurnakan puasa satu bulan penuh sama sekali kecuali bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau puasa dalam suatu bulan yang lebih banyak daripada di bulan Sya'ban." Dalam sebuah riwayat dikatakan: "Beliau berpuasa penuh di bulan Sya'ban." Imam Muslim berkata: "Beliau berpuasa bulan Sya'ban, kecuali sedikit (yang tidak berpuasa). Riwayat ini menjelaskan riwayat pertama. Yang dimaksudkan dengan puasa sepenuh bulan adalah sebagian terbesarnya.


     Dikatakan, bahwa sesungguhnya malaikat-malaikat di langit memiliki dua buah malam hari raya. Sebagaimana orang-orang Islam di bumi juga memiliki dua buah malam hari raya. Lalu hari raya malaikat adalah malam Bara'ah yaitu malam Nishfu Sya'ban dan malam Lailatul Qadar. Sedangkan hari raya orang-orang mukmin adalah Raya Fitri dan Adha. Karena itulah, maka malam Nishfu Sya'ban disebut sebagai malam hari raya malaikat.


     As-Subki menjelaskan dalam Tafsirnya: "Sesungguhnya malam Nishfu Sya'ban akan menghapus dosa setahun. Sedangkan malam Jum'at akan menghapus dosa seminggu, dan malam Lailatul Qadar menghapus dosa seumur hidup. Yakni, menghidupkan malam-malam ini (dengan memperbanyak ibadah) menjadi sebab dihapusnya dosa." Malam Nishfu Sya'ban juga disebut sebagai malam-malam kehidupan. Karena adanya riwayat dari Al-Munzdiri secara marfu': "Barangsiapa yang menghidupkan dua malam Hari Raya dan malam Nishfu Sya'ban, maka hatinya tidak akan mati pada saat hati-hati dalam kondisi mati."


     Malam Nishfu Sya'ban juga disebut sebagai malam syafa'at karena Nabi saw. meminta syafa'at kepada kepada Allah swt. pada malam ketiga belas buat umatnya, lalu Allah memberinya sepertiga. Beliau minta itu kepada-Nya pada malam keempat belas, lalu Allah memberinya dua pertiga dan beliau minta syafa'at buat umatnya pada malam kelima belas, lalu Allah memberinya seluruhnya, kecuali orang yang lari melepaskan diri dari Allah seperti lainnya unta. Yakni, lari menjauh dari Allah dengan mengabdikan pada perbuatan durhaka.


     Malam Nishfu Sya'ban juga disebut sebagai malam maghfirah karena Imam Ahmad meriwayatkan, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah melihat (mengamati) kepada hamba-hamba-Nya pada malam Nishfu Sya'ban, lalu Ia mengampuni kepada penghuni bumi kecuali dua orang laki-laki, yaitu orang musyrik dan orang-orang pendendam."

     Juga disebut sebagai malam kemerdekaan, karena Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Anas bin Malik, Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah mengutus aku ke rumah Aisyah ra. untuk sebuah keperluan. Aku berkata pada Aisyah: "Cepatlah, karena aku telah meninggalkan Rasulullah saw. menceritakan pada mereka tentang malam Nishfu Sya'ban." Aisyah berkata: "Ya Anas, silahkan duduk akan aku ceritakan kepada Anda tentang malam Nishfu Sya'ban. Malam itu adalah malam bagianku dari Rasulullah saw. Beliau menghampiriku dan masuk dalam selimutku. Aku terbangun tengah malam dan aku tidak menemukan beliau lagi. Aku berkata: "Mungkin beliau pergi kepada istri mudanya, Al-Qibthiyah. Maka aku keluar melewati masjid lalu kakiku menyentuhnya sedang beliau bersabda: "Telah sujud Kepada-Mu tubuh dan diriku dan telah beriman hatiku pada-Mu. Ini tanggaku dan apa  yang aku petik atas diriku. Wahai Tuhan Yang Maha Agung, Pada-Nya diharapkan setiap urusan-urusan besar, ampunilah dosa yang besar. Wajahku bersujud pada Dzat Yang Menciptakannya yang membentuk rupa dan memberinya penglihatan." Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan bersabda (berdo'a): "Ya Allah, anugerahilah aku hati yang bertakwa, suci dari syirik, terbebas dari kafir dan tidak pula celaka."
Kemudian beliau kembali bersujud dan aku mendengar beliau bersabda (berdo'a): "Aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu, aku tidak dapat menghitung pujian terhadap-Mu, sebagaimana Engkau memuji pada Dzat-Mu sendiri." Aku berkata, sebagaimana yang dikatakan oleh saudaraku Dawud: "Aku membenamkan wajahku dalam debu (bersujud) untuk Sayidku dengan yang sebenar-benarnya buat Sayidku, agar Ia memberikan ampunan."
     Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan aku berkata: "Demi bapak dan ibuku, sebagai tebusan Anda, Anda dalam sebuah lembah, dan aku juga dalam suatu lembah." Beliau bersabda: "Ya Humaira' (panggilan Aisyah), bukankah engkau mengetahui, sesungguhnya Allah Azza wa-Jalla pada malam ini membebaskan manusia sebanyak bulu domba, kecuali enam golongan, yaitu peminum khamar, orang yang durhaka pada kedua orang tua, pezina, orang yang bermusuhan, tukang pukul, dan pengadu domba."


     Malam Nishfu Sya'ban juga disebut sebagai malam pembagian dan penentuan, karena ada riwayat dari Atha' bin Yasar: "Ketika malam Nishfu Sya'ban, malaikat maut menghapus (mengundur) setiap orang yang akan mati dari satu Sya'ban ke Sya'ban berikutnya. Sementara seorang hamba pada saat itu menanam tanaman, melangsungkan pernikahan, dan melakukan hubungan suami istri, membangun bangunan. Padahal namanya telah disalin dalam daftar orang-orang mati. Dan malaikat maut tidaklah menunggu padanya, kecuali bila ia diperintah, maka barulah ia mencabut ruhnya."

1 komentar:

  1. Mau Tahu Keutamaan Malam Nishfu Sya'ban?

    Silakan baca ulasan artikel-artikel berikut:

    1- Ritual Malam Nisfu Syaban

    >> http://m.rumaysho.com/amalan/meninjau-ritual-malam-nishfu-syaban-1148.html

    2- Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban dibanding Malam Lainnya

    >> http://m.rumaysho.com/jalan-kebenaran/malam-nishfu-syaban-seperti-malam-lainnya-2548.html

    3- Amalan Khusus di Malam Nisfu Sya'ban

    >> http://m.rumaysho.com/jalan-kebenaran/amalan-keliru-di-bulan-syaban-1851.html

    4- Hadits Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban

    >> http://rumaysho.com/jalan-kebenaran/kritik-hadits-malam-nishfu-syaban-1847.html

    5- Amalan Utama di Malam Nisfu Sya'ban

    >> http://rumaysho.com/amalan/kekeliruan-di-malam-nishfu-syaban-386.html

    Ayo sebar dan baca.

    BalasHapus