Bismillahirrohmanirrohim

Bismillahirrohmanirrohim

Sabtu, 04 April 2015

Taat Dan Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya





Allah swt. Berfirman:

ﻗُﻞْ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗُﺤِﺒُّﻮﻥَ ﭐﻟﻠَّﻪَ ﻓَﭑﺗَّﺒِﻌُﻮﻧِﻰ ﻳُﺤْﺒِﺒْﻜُﻢُ ﭐﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮﺑَﻜُﻢْ ۗ ﻭَﭐﻟﻠَّﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭٌ ﺭَّﺣِﻴﻢ

Artinya:
"Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran:31)

     Ketahuilah, semoga Allah merahmati Anda, sesungguhnya cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan cinta Allah kepada hamba-hambaNya ialah dengan memberikan anugerah dan ampunan kepada mereka.

     Dikatakan, apabila seorang hamba mengetahui bahwa kesempurnaan yang hakiki tidak lain hanyalah milik Allah swt., sementara apa yang dilihatnya sempurna baik dari darinya sendiri maupun dari orang lain adalah dari Allah dan atas pertolongan Allah semata, tentu cintanya tidak lain hanyalah untuk Allah dan karena Allah. Yang demikian itu akan memotivasi dirinya untuk berbakti kepada Allah dan mencintai apa yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Oleh sebab itu, dia lalu memfokuskan cintanya untuk taat dan senantiasa mengikuti tradisi Rasulullah saw. baik dalam beribadah maupun dalam menyerukan kepada ketaatan.

     Diriwayatkan dari Hasan bahwa orang-orang pada zaman Rasulullah saw. berkata: "Ya Muhammad, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang cinta kepada Tuhan kami." Lalu Allah menurunkan ayat tersebut kepada Nabi saw. Bisyr Al-Hafi ra. Berkata: "Saya bermimpi melihat Nabi saw. Beliau bersabda: "Ya Bisyr, tahukah Anda dengan sebab apa Allah mengangkat derajat Anda melebihi atas teman-teman Anda?' Aku berkata: 'Tidak, ya Rasulullah.' Beliau bersabda: 'sabab hidmat Anda kepada orang-orang shaleh dan sebab nasehat serta kecintaan Anda kepada teman-teman dan sahabat-sahabat Anda, juga sebab Anda berpegang teguh pada sunnahku dan mengikutinya.

     Nabi saw. Bersabda:

من أحيا سنتي فقد أحبني ومن أحبني كان معى يوم القيامة فى الجنة

Artinya:
"Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka berarti ia cinta kepadaku, dam barangsiapa yang cinta kepadaku, maka pada hari kiamat ia berada di dalam surga bersamaku."
     Di dalam beberapa atsar yang masyhur disebutkan bahwa orang yang berpegang teguh pada sunnah Rasulullah saw. Ketika manusia mengalami kerusakan dan terjadinya berbagai aliran, maka ia mendapatkan padahal seperti pahala seratus orang mati syahid. Demikian sebagaimana dijelaskan di dalam Syir'atul Islam.

     Nabi saw. Bersabda: "Semua umatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan." Mereka bertanya: "Siapakah orang yang enggan itu?" Beliau bersabda: "Barangsiapa yang taat kepadaku, dia masuk surga, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku, dia masuk surga, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku, dialah orang yang enggan (menolak masuk surga). Setiap perbuatan yang bukan sunnahku, merupakan perbuatan maksiat. Sebagian Ulama berkata, bahwa seandainya Anda mengetahui seorang syekh yang dapat terbang di udara dan berjalan di atas lautan atau memakan api atau kesaksian yang lainnya, tetapi ia meninggalkan satu perbuatan fardhu diantara fardhu-fardhu yang telah ditetapkan Allah, atau meninggalkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku dengan sengaja, maka ketahuilah bahwa dia adalah seorang pendusta dalam pengakuannya. Kesaktian yang dimilikinya itu, bukanlah sebagai karamah, melainkan sebagai istidraj. Na'udzu billahi min dzaalik.

     Junaid berkata: "Seorang tidak dapat sampai kepada Allah swt. kecuali atas pertolongan-Nya. Sedangkan jalan untuk dapat sampai kepada Allah swt. ialah dengan mengikuti Nabi Al-Mushtofa, Muhammad saw." Ahmad Hawary rahimahullah berkata: "Setiap amal yang tanpa didasarkan mengikuti sunnah Rasulullah saw. adalah batil."
    Di dalam Syir'atul Islam disebutkan bahwa Nabi saw. Bersabda: "Barangsiapa yang menyia-nyiakan sunnahku, maka haram atasnya syafa'atku."

     Ada seorang laki-laki dari sebagian orang-orang gila yang dianggap bodoh, lalu hal itu diceritakan kepada Ma'ruf Al-Karkhi. Mendengar penuturan itu, Ma'ruf tersenyum dan berkata: "Wahai saudaraku, ia memang gila, kegilaannya ada yang masih kecil dan ada pula yang telah mencapai tingkat besar, mereka orang-orang berakal tetapi gila. Demikianlah yang saya lihat mengenai kegilaan-kegilaan mereka."
     Diceritakan dari Junaid, ia berkata: "Guru kami As-Sari jatuh sakit, tetapi kami tidak mengetahui obat bagi penyakitnya dan tidak pula tahu sebabnya. Seorang tabib yang cerdas memberikan penjelasan kepada kami dan meminta agar kami mengambil sebotol air (kencing) dari guru kami. Tabib itu lalu melihat air dalam botol dan mengamatinya. Kemudian ia berkata: "Saya melihat ini merupakan air seni dari orang yang ditimpa kerinduan." Junaid berkata: "Mengetahui hasil pengamatan itu aku langsung jatuh pingsan tak sadarkan diri, hingga botol yang ada di tanganku terjatuh. Setelah sadar aku kembali kepada guru As-Sari dan menceritakan padanya. Ia tersenyum dan berkata: "Semoga Allah membunuhnya, alangkah tajamnya penglihatan Tabib itu." Aku berkata: "Wahai guru, apakah kecintaan dapat dilihat dari air kencing?" "Ya benar," Jawab guru.

     Fudhail rahimahullah berkata: "Apabila ditanyakan kepada Anda, apakah Anda cinta kepada Allah, maka diamlah. Karena jika Anda berkata tidak, maka Anda kafir, tetapi jika Anda berkata ya, maka berarti Anda tidak memiliki sifat dari orang-orang yang cinta. Takutlah Anda dari kemurkaan Allah swt."
     Sufyan berkata: "Barangsiapa yang mencintai orang yang di cintai Allah, maka berarti ia cinta kepada Allah. Dan barangsiapa yang memuliakan orang yang memuliakan Allah, maka berarti ia memuliakan Allah swt."
     Suhl berkata: "Cinta Allah itu ada tanda-tandanya. Diantara tanda-tandanya ialah cinta Al-Qur’an. Tanda cinta Allah dan cinta Al-Qur’an ialah cinta Nabi saw. Tanda cinta Nabi saw. ialah mencintai sunnahnya, dan cinta sunnah adalah sebagian tanda cinta akhirat. Sedangkan tanda cinta akhirat adalah benci dunia, dan tanda benci dunia ialah tidak mengambil darinya kecuali sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan akhirat."

     Abul Hasan Al-Zanjani berkata: "Pangkal ibadah terdiri dari tiga unsur, yaitu mata, hati dan lisan. Mata untuk mengambil ibrah, hati untuk merenung dan berpikir dan lisan untuk pembenaran, bertasbih dan berdzikir.
Sebagaimana firman Allah swt.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyediakan nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (QS. Al-Ahzab: 41-42).

     Di dalam kitab Raunaqul Majalis Diceritakan, suatu ketika Abdullah dan Ahmad bin Harb datang di suatu tempat. Ahmad bin Harb memangkas rumput yang tumbuh di bumi, lalu Abdullah berkata kepadanya: "Lima hal yang telah berhasil menguasai Anda, yaitu hati Anda sibuk dengan apa yang Anda lakukan sehingga lupa bertasbih kepada Tuhan; Nafsu Anda telah menyibukkan Anda dengan selain berdzikir kepada Allah; Anda telah menjadikan hal itu sebagai kebiasaan yang akan diikuti oleh orang lain; dan Anda telah menetapkan hal itu sebagai hujjah atas diri Anda di hadapan Allah kelak pada hari kiamat."

     As-Sari berkata, saya melihat Al-jurjani makan sawit tanpa disertai dengan  air. Lalu aku bertanya: "Mengapa Anda tidak makan dengan yang lain?" Dia menjawab: "Sesungguhnya saya telah menghitung waktu antara mengunyah dan meneguk air dapat di gunakan untuk bertasbih sebanyak tujuh kali. Oleh karenanya aku tidak melakukannya sejak empat puluh tahun yang lalu."
     Adalah Sahl bin Abdillah, dia makan sekali dalam lima belas hari. Ketika bulan Ramadhan dia tidak makan kecuali hanya sekali makan. Bahkan dia pernah tahan tidak makan selama tujuh puluh hari. Ketika dia makan justru menjadi lemah dan ketika dia lapar menjadi kuat. Abu Hammad Al-Aswad pernah bersanding dengannya di dalam Masjidil Haram selama tiga puluh tahun, dan dia tidak pernah melihat Sahl makan dan minum dan tak pernah terlepas sesaatpun dari berdzikir kepada Allah swt.

     Diceritakan, bahwa Amr bin Ubaid, tidak akan keluar dari rumahnya kecuali untuk tiga hal, yaitu untuk shalat berjama'ah, untuk menjenguk orang sakit dan menghadiri jenazah. Dia berkata: "Saya melihat manusia menjadi pencuri penyamun di jalan. Umur adalah permata indah yang tak ternilai harganya, maka hendaklah ia didaya fungsikan sebagai perbekalan di akhirat. Ketahuilah bahwa orang yang menghendaki kehidupan akhirat dia harus bersikap zuhud dalam kehidupannya di dunia agar tujuannya menjadi fokus pada satu tujuan. Tidak terjadi penyimpangan antara lahir dan batin, karena tidak mungkin memelihara suatu hal kecuali menyempurnakan secara lahir dan batin.
     Diceritakan dari Ibrahim bin Hakim, ia berkata: "Apabila datang rasa kantuk menyerang ayahku, dia mencebur ke laut dan bertasbih sehingga ikan-ikan datang berkumpul di sisinya ikut bertasbih bersamanya."
     Diceritakan, bahwa Wahab bin Manbah berdo'a kepada Allah agar menghilangkan tidur di malam hari dari dirinya. Doanya terkabul, dia tidak pernah tidur di malam hari selama 40 tahun.
Hasan Al-Hallaj mengikat dirinya mulai dari mata kaki sampai lututnya dengan tiga puluh ikatan. Dia melakukan shalat dalam kondisi seperti itu setiap sehari semalam Sebanyak seribu rakaat.
Adalah Junaid, ia datang ke pasar untuk bekerja, ia memulai pekerjaannya dengan membuka toko, setelah itu masuk ke dalam menggeraikan tirai penutup lalu melakukan shalat empat ratus rakaat, kemudian ia kembali pulang ke rumahnya.
Habsyi bin Dawud selama empat puluh tahun, ia melakukan shalat Shubuh dengan wudhu yang diambilnya di waktu shalat Isya'. 
     Karenanya bagi orang yang beriman seyogyanya senantiasa dalam keadaan suci. Ketika ia berhadats hendaklah segera bersuci dari hadats, lalu shalat dua raka'at, mengambil posisi menghadap kiblat dalam majlisnya, dan membayangkan dirinya sedang duduk di hadapan Rasulullah saw. dalam bermeditasi. Sehingga dalam setiap perbuatannya ia selalu melakukannya dengan penuh ketenangan dan kewibawaan, mampu menanggung sakit, tidak melakukan perlawanan terhadap yang berbuat jahat, tetapi memohonkan ampun terhadap orang yang berbuat jahat kepadanya. Tidak merasa bangga dengan diri sendiri dan amalnya. Karena membanggakan diri ( 'ujub ) merupakan sifat setan. Memandang dirinya dengan pandangan yang hina dan melihat orang-orang shaleh dengan pandangan kemuliaan dan keagungan. Barangsiapa tidak tahu hormat terhadap orang-orang shaleh maka Allah menghalanginya bersahabat dengan mereka. Dan barangsiapa yang tidak mengenal kemuliaan ketaatan, maka manisnya ketaatan itu akan dicabut dari hatinya.
     Fudhail bin Ali ditanya: "Ya Aba Ali, kapan seseorang menjadi saleh?" Dia menjawab: "Apabila nasehat menjadi niatnya, takut (kepada Allah) senantiasa dalam hatinya, kebenaran ada dalam lidahnya dan amal saleh selalu menghiasi anggota tubuhnya."

     Allah swt. berfirman kepada Nabi saw. ketika beliau Mi'raj: "Ya Ahmad, jika Anda ingin menjadi orang yang paling wira'i, maka zuhudlah di dunia dan Cintailah akhirat." Beliau bertanya: "Ya Illahi, bagaimana aku harus berlaku zuhud di dunia?"  Allah swt. berfirman: "Ambillah dari kekayaan dunia ini, sekedar makan, minum, dan berpakaian. Janganlah Anda menimbun harta duniawi untuk hari esok dan berdzikirlah kepada Allah secara terus menerus." Beliau bertanya: "Ya Tuhanku, bagaimana aku harus berdzikir kepada-Mu secara terus menerus?" Allah swt. berfirman: "Dengan berkhalwat (menyepi) dari manusia, jadikanlah tidurmu sebagai shalat dan laparmu sebagai makan." Nabi saw. bersabda: "Berlaku zuhud di dunia akan mengistirahatkan (menenangkan) hati dan badan. Sedangkan rakus akan memperbanyak kesedihan dan kedudukan. Cinta dunia adalah pangkal dari segala kesalahan, sementara zuhud adalah pangkal dari segala kebaikan dan ketaatan."



     Diceritakan, bahwa ada sebagian orang saleh berjalan dan bertemu dengan sekelompok orang mengerumuni seorang Tabib yang menerangkan tentang penyakit dan cara pengobatannya. Lalu orang saleh itu bertanya: "Wahai tuan tabib, apakah Anda dapat mengobati hati?" Tabib berkata: "Ya, terangkan padaku apa penyakitnya." Orang saleh berkata: "Dosa-dosa telah membuat hati menjadi hitam kelam, lalu menjadi keras membatu dan menyimpang." Tabib berkata: "Obatnya adalah merendahkan diri di hadapan Allah, tenggelam dalam beribadah, memohon ampun pada waktu tengah malam dan di penghujung siang, bersegera melakukan ketaatan kepada Tuhan Yang Mah Agung lagi Maha Pengampun dan mengajukan i'tidzar pada Tuhan Yang Maha Perkasa. Semua ini, merupakan terapi pengobatan dan penyembuhan penyakit hati melalui ilmu-ilmu secara gaib." Orang saleh itu menjadi berteriak histeris, menangis dan berlalu sambil berkata: "Anda adalah sebaik-baik tabib, Anda telah mengobati penyakit hatiku dengan tepat." Tabib berkata: "Ini adalah terapi pengobatan hati orang yang bertobat dan kembali dengan hatinya kepada Tuhan Yang Maha Penerima tobat.

     Diceritakan, ada seorang laki-laki membeli budak yang masih berusia muda. Budak itu berkata kepadanya: "Wahai tuanku, saya sanggup menjadi budak pelayan Anda, tetapi aku ingin mengajukan tiga syarat. Yaitu, tuan jangan menghalangi aku untuk melakukan shalat wajib bila telah datang waktunya;  Silahkan tuan memerintahkan apa saja yang tuan kehendaki di siang hari, tetapi janganlah tuan memerintahkan sesuatupun kepadaku di malam hari; Aku minta tuan menyediakan tempat (kamar) khusus di rumah tuan buatku dan tak boleh dimasuki siapapun selain aku." Tuannya berkata: "Baiklah, syarat Anda itu aku penuhi." Laki-laki itu berkata: "Sekarang silahkan Anda melihat-lihat kamar-kamar di rumah ini."  Budaknya lalu berkeliling melihat-lihat mencari tempat yang cocok buat dirinya, akhirnya dia menemukan sebuah kamar kosong yang tidak terawat. Lalu ia berkata: "Saya memilih kamar ini." Tuannya berkata: "Wahai budak muda, mengapa Anda memilih kamar yang tak terurus itu?" Budaknya berkata: "Wahai tuanku, tidakkah tuan tahu bahwa sesuatu yang tak terurus itu akan menjadi taman yang indah bersama Allah." Selanjutnya, budak itu melayani tuannya di siang hari dan di malam hari ia menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah swt. Ketika si budak tengah beribadah sebagaimana yang biasa ia lakukan setiap malam, tiba-tiba tuannya suatu malam berkeliling mengitari rumahnya, ketika melihat kamar itu penuh dengan cahaya, sementara si budak tengah bersujud yang di atasnya terdapat pelita yang menggelantung cahayanya tembus ke langit. Si budak tengah asyik bermunajat kepada Tuhannya dengan penuh tadharru', dia berkata: "Ya Illahi, aku mempunyai kewajiban untuk melayani tuanku dan itu aku lakukan di siang hari. Andaikan hal itu tidak ada, tentu aku tidak melakukan kesibukan baik di malam hari maupun di siang hari, kecuali hanya untuk berhidmat kepada-Mu, oleh karenanya terimalah alasanku ini, ya Tuhan. Sementara tuannya terpaku terus memperhatikan budaknya, sehingga pagi hari tiba dan pelita pelita yang di atas budaknya itu kembali serta atap rumahnya menjadi tertutup lagi. Tuan budak itu lalu pergi meninggalkannya dan menceritakan peristiwa yang disaksikan kepada istrinya.
     Ketika malam kedua tiba, sang tuan memegang tangan istrinya dan membimbingnya berjalan mengendap-endap mendekati pintu kamar budaknya. Sesampainya di depan kamar budaknya, ia mendapati budaknya dalam keadaan bersujud dan di atasnya terdapat pelita yang bersinar tembus ke langit. Keduanya terpaku berdiri menyaksikan pemandangan yang begitu indah, tak terasa air mata keduanya meleleh membasahi pipi, dan pagi pun tiba. Kemudian sang tuan memanggil si budak dan berkata: "Anda merdeka karena Allah swt. agar Anda dapat tenggelam dalam beribadah kepada-Nya. Bukankah Anda telah mengajukan alasan itu kepada-Nya." Si budak lalu menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berkata:
      "Wahai Tuhanku yang menguasai semua rahasia, sesungguhnya rahasiaku telah terbongkar; Saya tidak menginginkan hidup lagi setelah rahasia ini tersiar."
      "Kemudian ia berkat: "Ya Illahi, aku mohon kematian." Setelah mengucapkan itu seketika dia roboh dan mati. Demikianlah kondisi orang-orang saleh yang memendam kerinduan kepada Tuhan di dalam hatinya yang amat dalam dan orang-orang yang menempuh jalan Tuhan.


     Didalam kitab Zahrur Riyadh diterangkan, bahwa Nabi Musa as. mempunyai seorang teman setia yang sangat disayangi. Pada suatu hari ia berkata: "Wahai Nabi Musa berdo'alah kepada Allah agar menganugerahkan kepadaku untuk dapat mengetahui-Nya dengan yang sebenar-benarnya." Lalu Nabi Musa berdo'a untuknya dan do'anya terkabul. Akhirnya Nabi Musa kehilangan teman sejatinya itu, karena ia pergi ke gunung berteman dengan binatang-binatang liar. Karena merasa kehilangan teman sejatinya, maka Nabi Musa berdo'a kepada Allah: "Ya Tuhanku, teman setiaku, meninggalkan aku raib entah kemana." Lalu dikatakan kepada Musa: "Wahai Musa, orang yang benar-benar mengetahui (ma'rifat) kepada-Ku, ia tidak akan bergaul dengan makhluk untuk selamanya."


     Disebutkan dalam Akhbar (hadist-hadist), bahwa Nabi Yahya dan Nabi Isa, suatu ketika berjalan-jalan di pasar, lalu seorang perempuan menabraknya. Nabi Yahya berkata: "Sungguh aku tidak merasakan apa-apa dari hal itu." Nabi Isa berkata: "Subhanallah, badan Anda bersamaku, tetapi hati Anda di mana?" Nabi Yahya menjawab: "Wahai putra bibi, seandainya hatiku bisa tenang dengan yang selain Tuhanku sekejap saja, tentu aku mengira bahwa aku bukanlah orang yang mengenal Allah, Tuhanku." Dikatakan, bahwa ma'rifat yang sebenar-benarnya ialah dengan melepaskan dunia dan akhirat lalu mengosongkan dan merendam dirinya pada Allah semata, lalu dia menjadi mabuk setelah minum air kecintaan dan dia tidak akan sembuh kecuali dengan melihat-Nya dan menyaksikan dirinya benar-benar terendam dalam lautan cahaya Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar